27.9.11

Puisi-puisi Nalda Orang Biasa

Puisi-puisi NOB alias Nalda Orang Biasa alias Zulfan Adlan ( Medan ), Abang terGILA yang pernah kutemui di MAYA


KEPULASAN

Hai ..
sudah Juni kiranya
usia kini melemahkan sendi ingatan
postingan salah tanggal
yang terjadwal tak terkawal

masih kutulis 08 05 2010
semestinya 08 06 2010
saat aku tunggu tuk bisikkan:
selamat ulang tahun sahabat

terimalah ini pengganti hadir terlambatku
tak pun kado spesial
selain do'a
semoga kau bertambah dewasa
juga aku

syukurku padaNya
malam ini cerah bertabur bintang
meski sepi tanpa purnama
aku tengadah,
ach, andainya kau sudi seiring langkah
bersama menyelimuti malam
dan,
membangunkan matahari


NOB tuk Dak Ultah
09 06 2010




BUKAN LABU BIASA

Kau sudah memanjang, sekarang
bagimu kusedia anjang-anjang
menjalar, merambat, memanjatlah sesukamu
aku tahu, kau labu

tumbuhlah sempurna
takkan kupetik buahmu di kala muda,
tak ada daging buahmu
bergantunglah bebas di anjang taman
karena kau labu dewa

bila semua daunmu telah kering
kulitmu mersik
aku tinggal membotol leher angsamu
menguntai tali mengikat pinggangmu
kusangkutkan di pinggangku

karena kau labu dewa
padamu kupercayakan urusan dahaga
kuusahakan air selalu mengisi
dampingiku di perjalanan nanti


Nalda, orang biasa
13 Feb 10
dibuat khusus oleh Nalda untuk Dak




KENANGAN DIBUANG SAYANG


Rembulan Tanpa Purnama

Episode Satu

Sedari dulu pun aku sadar
Aku Cuma rumput liar
Tumbuh dibawah pohonmu

Kau saksikan
Hari demi hari aku tumbuh
Membelit batangmu
Tiba saatnya kau produktif
Adalah saat aku di siangi

Kini, sudah masanya
Aku Cuma rumput dibawah pohonmu

Terima kasih telah meneduhi dari terik mentari
Terima kasih untuk kesempatan berarti
Menunggui aku berbiji

Semoga ada biji pada tubuh kering ini
Tumbuh subur ditempat lain
-----------------------

Episode Dua

Apa yang harus kukata,
bila desa yang dulu asri berubah jadi kota
bangunan menjulang di setiap sisinya, dan
aku bukan penghuninya lagi

tetapi, yakinlah
aku mendengar tiap decing besi mendenting
aku melihat setiap keriuhan
aku mencium setiap debu polusi

sayang, aku terpaku
aku bukan penghunimu lagi
bila matahari lapat condong ke barat
aku menghitung langkahku
semakin jauh darimu

namun, do'a ini selalu ada
untukmu
kebahagiaanmu
walau bukan penghunimu lagi

tak apa kau bukan desaku lagi
aku banggakan kau
kau kota itu
kujaga dari kejauhan
----------------------

Akhir Episode

kemarau panjang mengajuk rinduku pada hujan
hujan yang membunuh pagi
hujan yang mengkafani
hujan yang memisah dua hati
hujan yang selalu kusumpahi

tak tahan hati menyaksikan
rembulan retak di pangkal dahan
pada isakan daun bersujud di tanah kerontang
pada jeritan akar yang terbelit belukar kering
pada pucuk dan kuntum berpacu menguning

tiada lagi desau sang bayu menggelitik daun
tak ada ulat menjengkal ranting
hanya berudu berkelojotan
meraup air terakhir

detik ini kulupakan benci pada hujan
bahkan kurindukan
--------------------

Epilog

Terendam tak karam
Tercelup tak kuyup
Terapung tak hanyut


DAK & NOB
Bulan Tak Bertahta
Maret 2010




MERENTAS TELUR, MEMBILANG LANGKAH

Bila semua berubah kelabu
saatnya aku membakar diri
aku, burung api
terbakar tak buatku mengabu

terbaruilah aku
raga, jiwa dan rasa
karsa muda selayak praja

saksikan meski samar
pada hitam sukma terbakar
ada putih nyala bersinar

NOB, ketika hati ingin kembali
13 04 10



SERASA MENGANGKASA

petang ini
selepas rinai hujan tengah hari
seraup hawa dingin menerpa wajah
saksi bisu kelunya lidah kita berdua

tenggelam hangat genggam tanganmu
getar energi mengalir tanpa henti
makin aku terkesima
padamu purnama di balik jilbab merah jambu

makin dalam kutatap
purnamaku bersemu merah dadu
menyatu hingga tak bisa kubedakan:
mana kulit, mana pembungkusnya

" ah, abang ... " katamu tersipu
wajahmu terbenam di dadaku
harum parfum menghajar hidung
asaku terbang menjelajah angkasa

Nalda, orang biasa
24 11 09



** NOB/Nalada/Nuansa/Zulfan Adlan banyak mengajariku menulis dengan latihan2 kolaborasi puisi dan beberapa di posting di Yahoo Answer !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar