27.9.11

Puisi-puisi I Wayan Suardika


Puisi-puisi ini adalah oretan abang bli'koe I Wayan Suardika alias Don Dulang ( Denpasar - Bali ), aku banyak belajar dari abang bli yang satu ini terutama dari kumpulan cerpennya "ORANG KALAH"


PADA SUATU PAGI

kau terjaga dan musim belum berganti
diatas meja, secangkir kopi dan mimpi buruk
menagih hari-harimu

keberanian dan kau lebih menyukai itu sebiuah kata
ketika angka-angka diatas kertas
mengecam kematianmu !

denpasar - bali  21.09.2011
I Wayan Suardika




ADA PERISTIWA DIMATAMU

sebuah peristiwa
dan itu terjadi dimatamu
kubuka pintu rumah dan kau lihat
bahwa hatiku pun tak lagi diruang tamu

kejujuran ialah mimpi buruk
ketika ia menikam melalui mata

denpasar-bali,  26.09.2011
I Wayan Suardika




HIKAYAT KELANA

 dan kau tak berkelana lagi
cinta memurungkan jiwamu
menjadi pelamun pagi
berayun anganan

begitulah, para tetangga membangun hikayat dari air matamu
dan mengabarkan sang pecinta berladang di sarang sendiri

tapi kau takut akan malam
dan bersembunyi darinya
para tetangga bertanya mengapa
“Jika malam tiba, berjuta hati mengutukku!”

syahdan, hiduplah seorang kelana yang menaruh hatinya
dari mata ke cinta; dari jalanan ke kamar; dari lenguh
ke jeritan; dari pertanyaan ke pernyataan
dari bisik ke tamparan

kini anak panahmu tinggal satu
saat kau lepaskan
jantungmu tertikam sendiri!


 denpasar-bali, 12.09.2011
 I WAYAN SUARDIKA




AKU TAK MEMILIKI PERTANYAAN LAGI

aku tak memiliki pertanyaan lagi
karena tak ada lagi yang kau sembunyikan

belahan hati dan bilah belati
alangkah dekat jaraknya


denpasar, 26.08.2011
I WAYAN SUARDIKA




KECUPAN KECIL

kecupan kecil
tak datang dari rasa kangen
mimpi dingin menggeliat jemu

inilah romansa sepanjang kamar
kutuk yang datang dari rasa kasihan


denpasar, 25.08.2011
I WAYAN SUARDIKA



TAMPARAN MASA LALU

salah satu masa lalu
menamparku hari ini

“Kau hanya boleh berdiri di luar hati.
Ingat, aku tak menanti
juga tak meminta!” katamu

siang mengusap pipiku
sambil berseru; “kasihan!”


denpasar-bali, 15.09.2011
I WAYAN SUARDIKA




PERAHU KERTAS BERIKUTNYA

itulah suratku terakhir
dan kau mengubah menjadi perahu kertas
menghanyutkannya di atas sungai air mata

pada kelokan berikutnya
aku masih melambai dan berseru lirih:
“Aku belum punya cemburu!”


denpasar-bali, 14.09.2011
I WAYAN SUARDIKA




LENGANG HATI

 lengang angan dari kenyataan
menanti peristiwa tiba, serupa apa?

angin tak sedang menari
sebuah musim  sedang tak berwarna

kembali ke hati
selengang anganan


denpasar, 29.08.2011
I WAYAN SUARDIKA




MARI BERTEDUH DI HATIKU

berteduhlah di hatiku
kemarau begitu panjang
dedaun mengering
juga mungkin hatimu

mari berteduh pada tutur kataku
sajak tanpa syak wasangka
bait sarat kasih ke inti kalbu

tapi jangan mendamba
lapang hatiku ialah sarang bimbang
cinta mudah luka
patah bagai ranting kering di musim kemarau
kau bertanya;
bolehkah berharap ketika hati meminta?
itulah sangsi karena hati mudah terbelah

mari berteduh di hatiku
entah, setelahnya kuduga kau ingin menangis


denpasar-bali, 27.07.2010
I WAYAN SUARDIKA




MATA

 kilat betis indah! menimpa mata
pada silau lelaki; kau tak ingin mengubahnya
menjadi puisi. “Karena aku bukan banci!”

lalu gaun hitam itu bersibak. kilatnya
menoreh jakunmu. Kuat bagai belati
menikam lelaki hingga ke mimpi

saat terjaga, hatimu meluruh di lantai dansa
harum gaun menimpa cinta; sejarah bengkok
oleh hidung Cleopatra

beginilah jadinya! betis indah
dari mata lelaki turun ke rasa kalah!

denpasar, 13.09.2011
I WAYAN SUARDIKA



SUDAH KAU KATAKAN

 tapi apakah yang bertahan di tepi pagi?
sudah kau katakan sebuah kesetian yang lain
romansa asing yang mungkin akan bermula
dari makan malam di tepi pantai

debur ombak menghempasmu ke kamar
dan tak lagi ada pertanyaan apakah ini kasih yang sampai
atau suratan yang terlambat ditakdirkan

kini lamunan menanti waktu
romanasa baru yang tak lagi didera bimbang

sudah kau katakan



Denpasar-bali. 24.10.2011
DON DULANG
Top of Form
Bottom of Form


.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar