Puisi-puisi ini adalah oretan abang bli'koe I Wayan Suardika alias Don Dulang ( Denpasar - Bali ), aku banyak belajar dari abang bli yang satu ini terutama dari kumpulan cerpennya "ORANG KALAH"
PADA SUATU PAGI
kau terjaga dan musim belum berganti
diatas meja, secangkir kopi dan mimpi buruk
menagih hari-harimu
keberanian dan kau lebih menyukai itu sebiuah kata
ketika angka-angka diatas kertas
mengecam kematianmu !
denpasar - bali 21.09.2011
I Wayan Suardika
ADA PERISTIWA DIMATAMU
sebuah peristiwa
dan itu terjadi dimatamu
kubuka pintu rumah dan kau lihat
bahwa hatiku pun tak lagi diruang tamu
kejujuran ialah mimpi buruk
ketika ia menikam melalui mata
denpasar-bali, 26.09.2011
I Wayan Suardika
HIKAYAT KELANA
dan kau tak berkelana lagi
cinta memurungkan jiwamu
menjadi pelamun pagi
berayun anganan
begitulah, para tetangga membangun hikayat dari air matamu
dan mengabarkan sang pecinta berladang di sarang sendiri
tapi kau takut akan malam
dan bersembunyi darinya
para tetangga bertanya mengapa
“Jika malam tiba, berjuta hati mengutukku!”
syahdan, hiduplah seorang kelana yang menaruh hatinya
dari mata ke cinta; dari jalanan ke kamar; dari lenguh
ke jeritan; dari pertanyaan ke pernyataan
dari bisik ke tamparan
kini anak panahmu tinggal satu
saat kau lepaskan
jantungmu tertikam sendiri!
denpasar-bali, 12.09.2011
I WAYAN SUARDIKA
AKU TAK MEMILIKI PERTANYAAN LAGI
aku tak memiliki pertanyaan lagi
karena tak ada lagi yang kau sembunyikan
belahan hati dan bilah belati
alangkah dekat jaraknya
denpasar, 26.08.2011
I WAYAN SUARDIKA
KECUPAN KECIL
kecupan kecil
tak datang dari rasa kangen
mimpi dingin menggeliat jemu
inilah romansa sepanjang kamar
kutuk yang datang dari rasa kasihan
denpasar, 25.08.2011
I WAYAN SUARDIKA
TAMPARAN MASA LALU
salah satu masa lalu
menamparku hari ini
“Kau hanya boleh berdiri di luar hati.
Ingat, aku tak menanti
juga tak meminta!” katamu
siang mengusap pipiku
sambil berseru; “kasihan!”
denpasar-bali, 15.09.2011
I WAYAN SUARDIKA
PERAHU KERTAS BERIKUTNYA
itulah suratku terakhir
dan kau mengubah menjadi perahu kertas
menghanyutkannya di atas sungai air mata
pada kelokan berikutnya
aku masih melambai dan berseru lirih:
“Aku belum punya cemburu!”
denpasar-bali, 14.09.2011
I WAYAN SUARDIKA
LENGANG HATI
lengang angan dari kenyataan
menanti peristiwa tiba, serupa apa?
angin tak sedang menari
sebuah musim sedang tak berwarna
kembali ke hati
selengang anganan
denpasar, 29.08.2011
I WAYAN SUARDIKA
MARI BERTEDUH DI HATIKU
berteduhlah di hatiku
kemarau begitu panjang
dedaun mengering
juga mungkin hatimu
mari berteduh pada tutur kataku
sajak tanpa syak wasangka
bait sarat kasih ke inti kalbu
tapi jangan mendamba
lapang hatiku ialah sarang bimbang
cinta mudah luka
patah bagai ranting kering di musim kemarau
kau bertanya;
bolehkah berharap ketika hati meminta?
itulah sangsi karena hati mudah terbelah
mari berteduh di hatiku
entah, setelahnya kuduga kau ingin menangis
denpasar-bali, 27.07.2010
I WAYAN SUARDIKA
MATA
kilat betis indah! menimpa mata
pada silau lelaki; kau tak ingin mengubahnya
menjadi puisi. “Karena aku bukan banci!”
lalu gaun hitam itu bersibak. kilatnya
menoreh jakunmu. Kuat bagai belati
menikam lelaki hingga ke mimpi
saat terjaga, hatimu meluruh di lantai dansa
harum gaun menimpa cinta; sejarah bengkok
oleh hidung Cleopatra
beginilah jadinya! betis indah
dari mata lelaki turun ke rasa kalah!
denpasar, 13.09.2011
I WAYAN SUARDIKA
SUDAH KAU KATAKAN
tapi apakah yang bertahan di tepi pagi?
sudah kau katakan sebuah kesetian yang lain
romansa asing yang mungkin akan bermula
dari makan malam di tepi pantai
debur ombak menghempasmu ke kamar
dan tak lagi ada pertanyaan apakah ini kasih yang sampai
atau suratan yang terlambat ditakdirkan
kini lamunan menanti waktu
romanasa baru yang tak lagi didera bimbang
sudah kau katakan
Denpasar-bali. 24.10.2011
DON DULANG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar